Indonesia sebagai negara agraria sudah sewajarnya menyandang predikat swasembada pangan sejak dulu. Dengan memanfaatkan potensi alam yang tersedia, Indonesia sudah sangat layak menjadi negara paling tangguh di bidang pertanian,terutama sebagai negara penyuplai beras terbesar di dunia. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Nukannya menjadi Negara eksportie beras malah mejadi Negara importer beras.
Negara tetangga yang sering dibeli berasnya adalah Thailand. Padahal jika dibandingkan luas lahan pertaniannya sangat tidak sebanding. Mungkin luasnya lahan pertanian tidaklah menjadi factor penentu melimpahnya produksi pertanian. Ada faktor lain yang memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil panen yaitu penggunaan teknologi pertanian.
Penggunaan teknologi pertanian sejak dulu sudah diprogramkan pemerintah. Semua warga Indonesia tentu banyak yang tahu tentang program ini yaitu program ekstensifikasi dan intensifikasi. Program ekstensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil panen dengan cara menambah lahan baru.
Sedangkan intensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil panen dengan cara mengoptimalkan penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan sains. Yaitu dengan cara mengaplikasikan beberapa hasil riset di bidang pertanian. Cara seperti ini sudah terbukti dapat memberikan hasil panen yang signifikan. Negara yang sudah terbukti sukses menggunakan cara ini adalah Negara Jepang.
Ada tiga kategori teknologi pertanian yang dibutuhkan petani untuk meningkatkan hasil panen. Tiga kategori tersebut adalah pemilihan bibit unggul, pemakaian pupuk kimia secara tepat, dan penggunaan alat-alat pertanian yang tepat guna. Yang terasa sangat signifikan meningkatkan efektivitas dalam proses bertanai mulai dari penanaman, perawatan sampai pemanenan adalah penggunaan alat-alat pertanian.
Misalnya saja saat penanaman padi melalui beberapa proses yang membutuhkan tenaga manusia yang banyak. Proses penanaman padi itu diawali dengan pengolahan tanah seperti membersihkan sawah dari jerami-jerami hasil panen terdahulu, pencangkulan,pembajakan, dan penggaruan. Nah terbayang kan, harus berapa lama dan berapa rupiah uang yang harus dibayarkan?
Pantas saja, dulu produktivitas beras di Indonesia sangat minim. Sekarang, dari mulai mencangkul sudah pakai traktor. Pada hitungan jam bisa mencangkul dan membajak hektaran sawah dengan satu orang tenaga manusia saja. Begitupun proses enanaman sampai panen sudah tersedia lat-alat canggihnya.